Jumat, 03 Februari 2012

Poems


A Lie Of Better Days
Eric J. Dushuanack

My body is restless
it don't want to sleep.
My eyes are so dry, they don't want to weep.
My minds so angry although Ill' never kill
Addictive Personality, Give me those pills.
As i write this reality awoke.
My life is complicated, Such a big joke.
Perhaps life gets better or so they say,
I'm looking forward to a lie of better days .
Forever and for always.



 Ode To My Love
by Kathrine Richards

Light a smile, words will strike
And time will tell, if this is right.
A promise to gather in your heart,
I'll bury inside of you and leave my mark.
I could wait forever if I have to
Just to prove I am all for you.
When the time comes, I hope you see
The very best I am trying to be.
And we will ride this wave 'til it crashes to shore
There, we will find gold and glory like never before
And as my heart beats perfectly to your name
I sit on this rock and patiently wait
The thoughts of us drowns my sorrow
I sit and believe there will be a better tomorrow
And as the sun goes down, I breathe calmly
Knowing...Just knowing...
You've Got Love For Me



 


Never Be The Same
by Kathrine Richards

 Those lyrics are confusing
We are already using
A pocketful of posies
Shoulda told you that I froze these...
Now look at what we've done
We are not just anyone...
Now look at what we've made
I will never be the same...
I ripped the papers to little bits
Thrown them around with all my fits
And you're still here
and you still care...
Now look at what we've done
We are better than everyone...
Now look at what we've made
I'll never forget the day that you came...
and told me that you loved me
Yeah you told me that you loved me
And you held me tight with your voice
I would never leave if given the choice...
We ride this Ferris Wheel of love
I always knew this would become
The thing that would make me smile
Even if it takes just a while
Now tell me that you love me
Make this whole world see
And I'll tell you that I love you
Make this world feel like I do
Now look at what we've done
This is a new kind of love
and look at what we made
I will never be the same...




Untitled
 by Kathrine Richards

While smiles fade and turn to nothing
You hold deep inside something
That I had been looking for
and with one kick it was out the door...
Meanwhile I go back in time
When nothing was ever mine
Oh how stupid I once was
And this is who I am. This is all for us.
As your smile fades into a stone
Know that you are never alone
And even though we do not speak
Deep in my heart you I will keep.
Down my face a tear runs for you
More come before the day is through
And though I hold my Head up high
I want to let go and not try.
And as I hear your voice come through my speakers
I wonder if they actually hit my ears
The sound is so beautiful
As the band plays on I am so grateful
And I know this one simple fact
Watch as the curtain fades to black
Because the blackness is only waiting for the light
That you have to try so hard to find
And watch when it fades there is something you wont see
Happiness waiting for you to be
There is always at least one thing right
You just have to search and find....
Never forget that I love you so
Never ending forever it will grow
And know this one secret I will share
Where you find happiness...I will be there...

Kamis, 26 Januari 2012

cerpen terjemahan


MOTHER
By Joan Hawkey
( Diterjemahkan oleh : Vivin Febri )

            Setiap orang bisa berkata yang mana yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Tugas yang harus dikerjakan oleh Ibu adalah memberikan banyak perhatian kepada semua anggota keluarga. Jika hal itu terjadi padaku, maka aku akan melakukan hal yang sama.
            Ibu selalu mengerjakan sesuatu untuk keluarga namun tak seorang pun yang memperhatikannya kecuali ketika makan malam belum siap atau pakaian mereka belum disiapkan ketika akan digunakan.
            Suatu hari, Ibu memutuskan untuk belajar membuat kerajinan tangan, namun ayah, adikku, dan  kakakku menertawakannya. Mereka tidak percaya bahwa Ibu bisa membuat kerajinan tangan, tetapi dia bisa. Dia membuat sesuatu yang tampak indah namun lelucon dari mereka terus berlangsung. Aku hanya duduk diam, dan melihat semua kejadian itu. Aku masih bisa makan setiap hari, keadaan rumahku bersih, dan baju-bajuku juga selalu rapi. Tak ada yang berubah dalam hidupku, jadi mengapa aku harus khawatir?
            Selanjutnya Ibu memutuskan untuk kembali berkuliah. “Aku akan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi khusus Guru.”
“Oh, tidak!” jerit kakakku, Jody. Dia pikir dia telah mengetahui segalanya hanya karena dia sudah berumur 18 tahun.
            Aku mulai khawatir sejak saat itu, karena kupikir jika ibu masuk di sekolah yang sama dengan ku, hal itu sangat memalukan. Namun ketika kutanyakan, dia bilang bahwa dia akan kuliah malam, jadi tak masalah bagiku.
            Ibu menjalani kegiatan belajarnya dengan sangat  baik. Dia menjadi yang terbaik di kelasnya. Tidak ada seorangpun yang memperhatikannya namun dia terus belajar. Bahkan ketika dia telah lulus dari universitasnya, kita semua tidak merasa bangga. Saat itu kakakku dan adikki sudah meninggalkan rumah dan melanjutkan karirnya.
            Hanya ada ibu, ayah, dan aku di rumah. Aku punya pacar, David yang selalu memuji ibuku. Dia bilang bahwa ibuku menarik, cantik, dan pintar.
            Kemudian Ibu pergi mendaki “Ayres Rock” sendirian. Dia pergi selama satu bulan penuh. Ayah selalu marah setiap saat ketika ibu pergi.
“Ada apa dengan ibumu?”tanyanya. “Kenapa dia tidak bisa tinggal di rumah seperti orang normal lainnya?”
            Aku juga sudah mulai merasa kesal terhadap semua ini. Ibu tidak merapikan semua baju-bajuku sebelum dia pergi dan aku harus melakukannya sendiri. Aku harus membayar pembantuku dengan uangku sendiri.
            Ibu kembali ke rumah saat ulang tahunku yang ke 21. Kami merayakannya dengan pesta yang meriah. Setiap orang datang ke sana dan ibuku menghibur mereka. David tidak begitu mendengar cerita tentang petualangannya saat mendaki di “Ayres Rock”. Aku perhatikan, seperttinya dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan ibuku daripada denganku.
            Keesokan harinya, ibu bilang bahwa dia akan mengajar anak-anak Aborigin di wilayah barat. Reaksi pertama dari setiap orang hanya kesunyian yang terasa begitu menegangkan kemudian disusul dengan teriakan. Ibu tidak berkata apa-apa. Dia hanya melihat setiap orang dan mendengarkan.
“Bagaimana dengan kami, khususnya denganku?” teriak ayahku. “Aku suamimu dan ini rumahmu!”
“kamu membutuhkan aku di sini hanya saat kamu ingin menyuruhku melakukan sesuatu”, jawab ibu dengan lemah. “Rumah ini tidak dipenuhi kasih sayang. Aku akan pulang ketika akhir pekan saat aku memiliki waktu luang.”
“Bagaimana denganku Bu? Aku juga membutuhkanmu”.
“Kamu juga hanya mengingatku ketika kamu ingin menyuruhku melakukan sesuatu, dan sekarang kamu harus melakukannya sendiri. Kamu manja dan egois. Tak ada satupun dari kalian yang menyadari bahwa aku manusia biasa yang juga ingin diperhatikan, walaupun aku sudah berusaha sangat keras.”
            Ketika mengucapkan hal itu, ibu tampak sedih. Mata biru indahnya, kini tampak lelah.
“Aku akan mengunjungi orang tua David sekarang. Aku memberi kalian waktu untuk memikirkan apa yang telah kukatakan dan menerima keputusanku.”Ibu meninggalkan kami yang menatapnya.
            Awalnya kami merasa sangat marah dan dan tak menyangka bahwa dia serius. Kemudian aku mengingat semua kejadian di masa-masa yang lalu.  Saat kami menertawakan dan mengejeknya. Tak satupun dari kamu menghargai hasil karyanya. Kami tidak menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang dalam untuknya. Kami hanya mengharapkan dia melakukan semuanya untuk kami. Aku merasa bersalah padanya namun aku masih tidak bisa menerima keputusannya.
            Ibu telah kembali dari rumah orangtua David dan dia kelihatan normal seakan-akan tidak ada hal buruk yang telah terjadi sebelumnya. Ketika semua anggota keluarga telah berkumpul, ibu bergabung dengan kami. Namun aku menyadari bahwa segala sesuatu di rumah ini sudah tidak berjalan dengan normal lagi. Tidak ada lagi kedekatan dan kehangatan. Tak satupun dari kami tahu cara untuk berbincang dengan yang lainnya, kami sepertinya asing satu sama lain.
            Keesokan harinya, ibu pergi. Tak seorang pun yang mampu memaksanya untuk tetap tinggal. Dia hanya mengangkat tas dan barang-barangnya ke dalam mobil, kemudian dia pergi.
“Sampai jumpa 2 minggu lagi.” Ucapnya.
            Ayah dan aku membiasakan diri ddengan segala rutinitas pekerjaan rumah. Ibu menelpon satu kali ketika dia sudah sampai di tujuannya. Kemudian dia tidak pernah menelpon lagi. Aku mulai jarang melihat David yang sudah tidak terlalu peduli padaku. Aku memutuskan untuk bersikap dingin padanya.
            Ibu kembali ke rumah 2 minggu kemudian dan waktu yang kami habiskan bersama terasa menegangkan. 2 bulan kemudian dia kembali pulang ke rumah, sejak saat itu dia tidak pernah pulang kembali.  Dia tidak menelpon dan juga tidak mengirim surat.
            David juga tak terlihat selama beberapa waktu. Ayah mulai bermain golf untuk menghabiskan waktu luangnya. Aku mulai merasa kesepian dan menghawatirkan keadaan ibu di sana. Aku merencakan kunjungan ke tempatnya minggu depan.
            Ketika aku sampai di depan rumah barunya, aku begitu terkejut karena seharusnya ibu ku yang harus membukakan pintu, namun ternyata David. Aku pikir aku salah alamat. Kemudian aku menanyakan alamat tempat tinggal ibuku pada David.
“Ibumu tinggal di sini bersamaku,” ujarnya “masuklah untuk bertemu dengannya.”
            Ibuku muncul dalam balutan celana jeans dan kaos ketat, dia tampak masih seumuran denganku. Dia kelihatan berbeda. Muda, begitu bersemangat, dan sangat bahagia. Dia tampak sangat senang bertemu denganku, namun dia terlihat agak canggung.
Apa yang akan kamu lakukan jika ibumu tinggal serumah dengan mantan pacarmu yang seusia denganmu? Tidak ada, kecuali “Selamat Tinggal”.